Proses pengeluaran
zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh disebut ekskresi.
Ekskresi diperlukan tubuh agar zat sisa tersebut tidak meracuni tubuh karena
dapat merusak berbagai organ dalam tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sistem ekskresi pada manusia melibatkan beberapa organ ekskresi yaitu;
Ø
Ginjal
Ø
Kulit
Ø
Paru-paru
Ø
Hati.
1.
Ginjal
Ginjal berfungsi
untuk menyaring darah yang mengandung zat sisa metabolisme dari sel di seluruh
tubuh. Darah akan masuk ke dalam ginjal melalui
pembuluh arteri besar dan akan keluar dari ginjal melalui pembuluh vena besar.
Ginjal
terdiri dari tiga lapisan:
Ø
Bagian luar disebut korteks renalis
atau kulit ginjal
Ø
Di bawahnya terdapat medula renalis
Ø
Di bagian dalam
terdapat rongga yang disebut rongga ginjal atau pelvis renalis
Korteks renalis (kulit ginjal) tersusun atas
lebih kurang 1 juta alat penyaring yang disebut dengan nefron. Nefron merupakan unit penyusun utama
ginjal yang berperan dalam proses penyaringan darah. Sebuah nefron terdiri atas
sebuah komponen penyaring atau badan Malpighi yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus). Setiap badanMalpighi mengandung gulungan kapiler
darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Pada bagian inilah proses penyaringan darah dimulai.
Medula
renalis (bagian tengah ginjal) tersusun atas saluran saluran yang merupakan kelanjutan dari badan
Malpighi dan saluran yang ada di bagian korteks renalis. Saluran-saluran itu
adalah tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, dan tubulus
kolektivus (pengumpul) yang terdapat pada medula. Lengkung Henle adalah saluran ginjal yang
melengkung pada daerah medula yang menghubungkan tubulus proksimal dengan
tubulus distal.
Pelvis
renalis atau rongga ginjal berfungsi sebagai penampung urine sementara sebelum dikeluarkan melalui
ureter.
- Proses pembentukan urine di dalam ginjal melalui tiga tahapan;
- 1)
filtrasi
- 2)
reabsorpsi
- 3) augmentasi.
a. Tahap Filtrasi
Klick Gambar untuk Melihat Video Pembelajaran |
Pembentukan
urine dimulai dari darah mengalir melalui arteri aferen ginjal masuk ke dalam glomerulus yang tersusun atas kapiler-kapiler darah. Ketika darah
masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan
zat-zat yang memiliki ukuran kecil keluar melalui pori-pori kapiler, dan
menghasilkan filtrat, tersusun atas urobilin, urea, glukosa, air, asam amino, dan
ion-ion seperti natrium, kalium, kalsium, dan klor. Filtrat selanjutnya
disimpan sementara di dalam kapsula Bowman (Gambar 9.5). Darah dan protein
tetap tinggal di dalam kapiler darah karena tidak dapat menembus pori-pori
glomerulus. Filtrat yang tertampung di kapsula
Bowman disebut urine primer. Tahapan pembentukan urine primer ini
disebut tahap filtrasi.
b.
Tahap
Reabsorpsi
Urine
primer yang terbentuk pada tahap filtrasi masuk ke tubulus proksimal. Di dalam tubulus proksimal terjadi
proses penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh yang disebut
dengan tahap reabsorpsi. Glukosa, asam amino, ion kalium, dan zat-zat
yang masih diperlukan oleh tubuh juga diangkut ke dalam sel dan kemudian ke
dalam kapiler darah di dalam ginjal. Sedangkan urea hanya sedikit yang diserap
kembali (Gambar 9.6).
Cairan
yang dihasilkan dari proses reabsorpsi disebut urine sekunder. Urine sekunder mengandung air, garam, urea, dan urobilin. Urobilin
inilah yang memberikan warna kuning pada urine, sedangkan urea yang menimbulkan
bau pada urine. Urine sekunder yang terbentuk dari proses reabsorpsi
selanjutnya mengalir ke lengkung Henle kemudian menuju tubulus distal. Selama
mengalir dalam lengkung Henle air dalam urine sekunder juga terus direabsorpsi.
c.
Tahap
Augmentasi
Setelah
melalui lengkung Henle, urine sekunder sampai pada tubulus distal. Pada bagian
tubulus distal masih ada proses penyerapan air, ion natrium, klor, dan urea. Pada tubulus distal terjadi proses augmentasi, yaitu pengeluaran
zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ke dalam urine sekunder. Urine sekunder yang telah bercampur dengan zat-zat sisa
yang tidak diperlukan tubuh inilah yang merupakan urine sesungguhnya. Urine tersebut kemudian disalurkan ke pelvis renalis
(rongga ginjal). Urine yang terbentuk selanjutnya keluar dari ginjal melalui
ureter, kemudian menuju kandung kemih yang merupakan tempat menyimpan urine
sementara (Gambar 9.7). Kandung kemih memiliki dinding yang elastis. Kandung
kemih mampu meregang untuk dapat menampung sekitar 0,5 L urine.
Proses
pengeluaran urine dari dalam kandung kemih disebabkan oleh adanya
tekanan di dalam kandung kemih. Tekanan pada kandung kemih disebabkan oleh
adanya sinyal yang menunjukkan bahwa kandung kemih sudah penuh. Sinyal penuhnya
kandung kemih memicu adanya kontraksi otot perut dan otot-otot kandung kemih.
Akibat kontraksi ini urine dapat keluar dari tubuh melalui uretra.
1.
Kulit
Klick Gambar untuk melihat Video Pembelajaran |
Kulit terdiri atas
dua lapisan utama yaitu 1) lapisan epidermis
(kulit ari) dan 2)lapisan dermis (kulit jangat).
a.
Lapisan
Epidermis (Kulit Ari)
Epidermis
merupakan lapisan kulit paling luar yang tersusun atas sel-sel epitel yang
mengalami keratinisasi. Pada lapisan epidermis tidak terdapat
pembuluh darah maupun serabut saraf. Pada
lapisan epidermis, masih terdapat beberapa lapisan kulit, antara lain stratum
korneum yang merupakan lapisan kulit mati dan selalu mengelupas dan lapisan
stratum granulosum yang mengandung pigmen melanin. Di bawah stratum granulosum
terdapat lapisan stratum germinativum yang terus menerus membentuk sel-sel baru
ke arah luar menggantikan sel-sel kulit yang terkelupas.
b.
Lapisan
Dermis (Kulit Jangat)
Lapisan
dermis terdapat dibawah lapisan epidermis. Pada
lapisan dermis terdapat otot penggerak rambut, pembuluh darah, pembuluh limfa,
saraf, kelenjar minyak (glandula
sebasea), dan kelenjar keringat (glandula sudorifera). Pangkal kelenjar keringat menggulung dan berhubungan
dengan kapiler darah dan serabut saraf. Serabut saraf akan meningkatkan kerja
kelenjar keringat, sehingga merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat
akan menyerap air, ion-ion, NaCl, dan urea dari dalam darah yang kemudian
dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Di bawah lapisan dermis, terdapat lapisan hipodermis atau
lapisan subkutan. Lapisan hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit,
namun merupakan kumpulan jaringan ikat yang berfungsi melekatkan kulit pada
otot. Lapisan hipodermis banyak tersusun atas jaringan lemak sehingga juga
berfungsi menjaga suhu tubuh.
2.
3. Paru-Paru
Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, paru-paru juga
berfungsi sebagai alat ekskresi. Oksigen yang
memasuki alveolus akan berdifusi dengan cepat memasuki kapiler darah yang
mengelilingi alveolus, sedangkan karbon dioksida akan berdifusi dengan arah
yang sebaliknya. Darah pada alveolus akan mengikat oksigen dan mengangkutnya ke
jaringan tubuh. Di dalam pembuluh kapiler jaringan
tubuh, darah mengikat karbon dioksida (CO2) untuk dikeluarkan bersama uap air. Reaksi kimia tersebut secara ringkas dapat kita tuliskan sebagai
berikut.
3.
Hati
Selain
berperan dalam sistem pencernaan, hati juga berperan dalam sistem ekskresi,
yaitu mengekskresikan zat warna empedu yang
disebut dengan bilirubin. Bilirubin dihasilkan dari pemecahan
hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah. Sel darah merah hanya memiliki
rentang waktu hidup antara 100 - 120 hari karena sel darah merah tidak memiliki
inti sel dan membran selnya selalu bergesekan dengan pembuluh kapiler darah.
Karena tidak memiliki inti sel, sel darah merah tidak dapat membentuk komponen
baru untuk menggantikan komponen sel yang rusak.
Sel darah merah
yang rusak akan dihancurkan oleh makrofag di dalam hati dan limpa. Hemoglobin
yang terkandung dalam sel darah merah dipecah menjadi zat besi, globin, dan
hemin. Zat besi selanjutnya dibawa menuju sumsum merah tulang untuk digunakan
membentuk hemoglobin baru. Globin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan
dalam pembentukan`protein lain. Sedangkan hemin diubah menjadi zat warna hijau
yang disebut biliverdin. Biliverdin kemudian diubah menjadi bilirubin yang
merupakan zat warna kuning oranye. Bilirubin selanjutnya dikeluarkan bersama
getah empedu. Getah empedu dikeluarkan ke usus dua belas jari, kemudian menuju
usus besar. Di dalam usus besar bilirubin diubah menjadi urobilinogen.
Urobilinogen diubah menjadi urobilin sebagai pewarna kuning pada urine dan
sterkobilin sebagai pigmen cokelat pada feses. Perhatikan Gambar 9.13!
Organ hati juga
berfungsi mengubah amonia (NH3) yang berbahaya jika berada dalam
tubuh, menjadi zat yang lebih aman, yaitu urea. Amonia
tersebut dihasilkan dari proses metabolisme asam amino. Urea dari dalam hati
akan dikeluarkan dan diangkut oleh darah menuju ginjal untuk dikeluarkan
bersama urine.
Gangguan pada Sistem Ekskresi Manusia
dan Upaya untuk Mencegah atau Menanggulanginya
1.
Nefritis
Nefritis adalah
penyakit rusaknya nefron, terutama pada
bagian-bagian glomerulus ginjal. Nefritis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus. Nefritis
mengakibatkan masuknya kembali asam urat dan urea ke pembuluh darah (uremia)
serta adanya penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air yang terganggu
(edema). Upaya penanganan nefritis adalah dengan proses cuci darah atau pencangkokan ginjal. Perhatikan Gambar 9.15!
2.
Batu Ginjal
Batu
ginjal adalah gangguan yang terjadi akibat terbentuknya endapan garam kalsium di dalam rongga ginjal (pelvis renalis), saluran ginjal, atau kandung kemih.
Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium
fosfat. Endapan ini terbentuk jika seseorang terlalu
banyak mengonsumsi garam mineral dan kekurangan minum air serta sering menahan
kencing. Upaya mencegah terbentuknya batu
ginjal adalah dengan meminum cukup air putih setiap hari, membatasi konsumsi garam karena kandungan natrium yang
tinggi pada garam dapat memicu terbentuknya batu ginjal, serta tidak sering
menahaan kencing.
3.
Albuminuria
Albuminuria
merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya kerusakan
pada glomerulus yang berperan dalam proses filtrasi,
sehingga pada urine ditemukan adanya protein. Albuminuria dapat terjadi akibat kurangnya asupan air ke
dalam tubuh sehingga memperberat kerja ginjal, mengonsumsi terlalu banyak
protein, kalsium, dan vitamin C dapat membuat glomerulus harus bekerja lebih
keras sehingga meningkatkan risiko kerusakannya. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah albuminuria adalah dengan mengatur jumlah
garam dan protein yang dikonsumsi, serta pola hidup sehat untuk mengatur
keseimbangan gizi.
4.
Hematuria
Hematuria
merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
selsel darah merah pada urine. Hal ini disebabkan
penyakit pada saluran kemih akibat gesekan dengan batu ginjal. Hematuria juga
dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. Upaya pencegahan hematuria dapat dilakukan dengan segera
buang air kecil ketika ingin buang air kecil, membersihkan tempat keluarnya
urine dari arah depan ke belakang untuk menghindari masuknya bakteri dari
dubur, serta banyak minum air putih.
5.
Diabetes
Insipidus
Penyakit
ini disebabkan karena seseorang kekurangan
hormon ADH atau hormon antidiuretik.
Kondisi tersebut menyebabkan tubuh tidak dapat menyerap air yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga penderita akan sering buang air kecil secara terus menerus. Upaya penanganan penderita diabetes insipidus adalah dengan
memberikan suntikan hormon antidiuretik
sehingga dapat mempertahankan pengeluaran urine secara normal.
6.
Kanker
Ginjal
Merupakan
penyakit yang timbul akibat pertumbuhan sel pada ginjal yang
tidak terkontrol di sepanjang tubulus dalam
ginjal. Hal ini dapat menyebabkan adanya darah pada urine, kerusakan ginjal,
dan juga dapat memengaruhi kerja organ lainnya jika kanker ini menyebar,
sehingga dapat menyebabkan kematian. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari penggunaan bahan-bahan
kimia yang memicu kanker.
7.
Jerawat
Jerawat
atau acne vulgaris (Gambar 9.17) merupakan suatu kondisi kulit yang ditandai
dengan terjadinya penyumbatan dan peradangan pada
kelenjar sebasea (kelenjar minyak).
Jerawat dapat timbul karena kurangnya menjaga kebersihan kulit sehingga
berpotensi terjadi penumpukan kotoran dan kulit mati. Faktor hormonal yang merangsang kelenjar minyak pada
kulit, penggunaan kosmetik yang berlebihan dan mengandung minyak dapat
berpotensi menyumbat pori-pori. Konsumsi makanan berlemak secara berlebihan
juga dapat menimbulkan jerawat. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan membersihkan wajah secara rutin,
menghindari makanan berlemak, dan lebih banyak mengonsumsi buah-buahan, serta
menjaga aktivitas tubuh.
8.
Biang
Keringat
Biang
keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh selsel
kulit mati yang tidak dapat terbuang secara
sempurna. Sel-sel kulit mati, debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan
terjadinya biang keringat. Orang yang tinggal di daerah tropis dan lembap, akan
lebih mudah terkena biang keringat. Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan
kulit, menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan longgar, atau
apabila kulit berkeringat segera keringkan dengan tisu atau handuk.
.
0 komentar:
Posting Komentar