Senin, 27 April 2020
Selasa, 21 April 2020
C. Teknologi
yang Terinspirasi dari Struktur Jaringan Tumbuhan
Struktur organ dan jaringan tumbuhan tersebut
menginspirasi manusia untuk mengembangkan teknologi yang memiliki banyak
manfaat bagi manusia.
1. Panel Surya (Solar Cell)
Panel surya merupakan alat yang dapat
mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Ketika cahaya matahari mengenai
permukaan panel surya menyebabkan elektron pada panel
surya bergerak melalui suatu konduktor dan menjadi arus listrik. Mekanisme
kerja panel surya ini terinspirasi oleh mekanisme fotosintesis yang terjadi
pada daun tumbuhan.
Pada proses fotosintesis juga dibutuhkan cahaya
dan zat hijau daun yang disebut klorofil. Melalui fotosintesis ini dihasilkan
oksigen (O2) dan glukosa (C6H12O6). Saat daun terkena sinar matahari klorofil akan menyerap energi cahaya.
Elektron pada kompleks klorofil akan bergerak melalui suatu saluran dan
menyebabkan muatan positif ikut bergerak. Muatan positif ini selanjutnya
bergerak menuju kompleks enzim yang berfungsi menghasilkan energi kimia berupa
ATP dan NADPH. Energi ATP dan NADPH ini selanjutnya akan digunakan untuk
mengubah CO2 menjadi glukosa. Klik disini
2. Sensor Cahaya
Ketika kamu mengamati lampu
penerangan jalan, beberapa lampu penerangan jalan tersebut ada yang dapat
menyala sendiri ketika menjelang malam dan mati sendiri saat menjelang pagi
tanpa harus dinyalakan dan dimatikan secara manual. Lampu penerangan jalan
tersebut mampu menyala dan mati secara otomatis karena dilengkapi dengan sensor
cahaya yang disebut fotoresistor atau light-dependent resistor (LDR) dan
sakelar pengatur on dan off. Fotoresistor ini mampu mendeteksi ada dan tidak adanya
cahaya di lingkungan sekitar. Fotoresistor ini merupakan resistor atau hambatan
listrik yang dapat diubah nilai hambatannya melalui penyinaran cahaya. Hambatan
listrik dari fotoresistor ini akan berkurang jika terkena cahaya, dengan kata
lain jika terdapat cahaya alat ini mampu menghantarkan listrik.
Saat menjelang pagi, sinar matahari akan mengenai
fotoresistor. Menyebabkan listrik mengalir menuju sakelar. Aktifnya sakelar ini
malah akan mematikan aliran listrik utama, sehingga lampu penerangan jalan
menjadi mati. Saat menjelang malam, aliran listrik tidak dapat mengalir melalui
fotoresistor ini sehingga tidak ada aliran listrik yang mengalir menuju
sakelar. Akibatnya sakelar berada dalam kondisi on sehingga lampu penerangan menyala.
Mekanisme pada lampu penerangan tersebut juga
terinspirasi oleh mekanisme yang terjadi pada tumbuhan. Tanaman kaktus hidup di
daerah gurun yang kering dan memiliki stomata yang unik, stomata kaktus akan
membuka saat malam hari dan akan tertutup saat siang hari untuk mengurangi
penguapan air. Proses membuka dan menutupnya stomata didukung oleh aktivitas
sel penjaga stomata. Sel penjaga ini memiliki reseptor cahaya yang disebut
fotoreseptor yang peka terhadap cahaya. Saat siang hari yang terik fotoreseptor
pada sel penjaga akan menangkap cahaya dan menyebabkan air dalam sel penjaga
dipompa keluar dengan bantuan ion-ion. Akibatnya sel penjaga akan mengecil dan
lubang stomata tertutup. Saat malam hari, air dipompa lagi masuk ke dalam sel
penjaga dengan bantuan ion-ion, sehingga sel penjaga menjadi lebih besar,
akibatnya stomata menjadi terbuka.
3. Lapisan
Pelindung dan Pengilap
Daun tanaman talas atau daun teratai
kedua tanaman tersebut sangat bersih dan tahan air. Bila dilihat melalui
mikroskop penampang melintang dari kedua daun tersebut terdapat lapisan tebal
yang disebut kutikula. Kutikula ini tersusun atas senyawa lipid berupa lilin (wax) dan
polimer hidrokarbon yang disebut kutan. Kedua senyawa ini bersifat hidrofobik
atau tidak suka air, sehingga jika air mengenai lapisan ini tidak akan
membasahi daun. Lapisan lilin ini juga mampu mencegah menempelnya debu atau
kotoran lain dan membuat daun tetap bersih.
Para ilmuwan mengadopsi mekanisme ini
dan menerapkannya untuk membuat cat yang tidak mudah kotor, lapisan pengilap,
dan lapisan anti air, misalnya pada semir sepatu, lapisan pengilap pada mobil
atau perabot rumah tangga, dan lain sebagainya.
4. Alat
Pemurnian Air
Pada umumnya perairan yang ditumbuhi
eceng gondok kondisi airnya jernih. Hal ini disebabkan karena akar eceng gondok
berbentuk serabut-serabut yang banyak dan rapat. Akarakar ini mampu menyerap
partikel-partikel yang terlarut dalam air sehingga air menjadi bersih. Bahkan
zat-zat berbahaya seperti racun pun dapat diserap oleh eceng gondok. Apabila membran sel akar diamati secara lebih teliti dengan
menggunakan mikroskop elektron, maka akan terlihat lubang-lubang atau saluran
kecil pada membran sel akar. Saluran ini terbentuk dari protein dan memiliki
lubang dengan ukuran tertentu dan daya ikat tertentu pula. Salah satu
salurannya bernama aquaporin. Aquaporin ini merupakan saluran (protein kanal) yang hanya dapat dilewati oleh
air, sehingga partikel lain tidak dapat masuk lewat aquaporin.
Mekanisme tersebut menginspirasi ilmuwan untuk
mengembangkan teknologi penyaringan atau pemurnian air. Dengan teknologi ini
air yang kotor dapat disaring, sehingga air hasil penyaringan benar-benar
bersih dan aman untuk dikonsumsi.
(sumber : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017)
B. Struktur dan Fungsi Jaringan
Tumbuhan
Organ tumbuhan tersusun atas berbagai jenis
jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki struktur yang sama yang
membentuk suatu kesatuan untuk memberikan fungsi tertentu. Berdasarkan
aktivitas pembelahan sel penyusun jaringan selama masa pertumbuhan dan
perkembangan, jaringan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi jaringan meristem
(jaringan embrional) dan jaringan permanen (jaringan dewasa).
1. Jaringan
Meristem
Jaringan meristem atau disebut juga
jaringan embrional adalah jaringan yang sel-selnya aktif membelah diri secara
mitosis. Hal ini menyebabkan sel-sel tumbuhan semakin bertambah dan menyebabkan
tumbuhan mengalami pertambahan tinggi dan volume. Berdasarkan asal
terbentuknya, jaringan meristem dapat dikelompokkan
menjadi dua macam, yaitu meristem primer dan meristem sekunder.
a. Meristem
Primer
Meristem primer adalah jaringan meristem pada tumbuhan yang sel-selnya
aktif membelah. Meristem primer pada umumnya terdapat pada ujung batang dan
ujung akar oleh karena itu meristem primer menyebabkan pertumbuhan primer pada
tumbuhan (pertumbuhan vertikal atau perpanjangan akar dan batang). Klik Gambar untuk MelihatVideo Pembelajara |
Meristem sekunder berasal dari
sel-sel dewasa yang berubah sifatnya menjadi meristematik kembali (aktif
membelah kembali). Contohnya adalah kambium pembuluh (kambium vaskuler) dan
kambium gabus (felogen). Kambium vaskuler merupakan lapisan sel-sel yang aktif
membelah yang terletak di antara pembuluh angkut xilem dan floem. Kambium
vaskuler ini banyak terdapat pada batang dan akar tumbuhan dikotil, sedangkan
tumbuhan monokotil pada umumnya tidak memiliki kambium vaskuler.
Aktivitas kambium ini menyebabkan tumbuhan
mengalami pertumbuhan sekunder sehingga batang menjadi besar. Aktivitas
pembelahan kambium vaskuler ke arah dalam akan membentuk xilem sekunder
sedangkan pembelahan ke arah luar akan membentuk floem sekunder.
2. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa atau disebut juga jaringan
permanen merupakan jaringan yang bersifat non-meristematik atau tidak aktif
membelah. Jaringan ini berasal dari pembelahan sel-sel meristem primer dan
sel-sel meristem sekunder, yang telah mengalami diferensiasi atau mengalami
perubahan bentuk sehingga memiliki fungsi tertentu. Berdasarkan fungsinya
jaringan dewasa dibedakan menjadi empat, yaitu jaringan pelindung, jaringan
dasar, jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut.
a. Jaringan Pelindung
Jaringan pelindung terdapat di seluruh permukaan
luar tumbuhan. Tumbuhan membutuhkan jaringan pelindung untuk melindungi bagian
dalam tumbuhan dari berbagai pengaruh luar yang merugikan, misalnya hilangnya
air akibat suhu yang meningkat dan melindungi dari kerusakan mekanik. Contoh
dari jaringan pelindung yaitu jaringan epidermis. Sel-sel epidermis dapat
berkembang (mengalami modifikasi) menjadi alat pelindung tambahan, misalnya
stomata (mulut daun), sisik, trikoma (rambut-rambut), dan duri (spina).
b. Jaringan Dasar
Jaringan dasar merupakan jaringan yang hampir
terdapat pada seluruh bagian tumbuhan. Jaringan dasar seringkali disebut jaringan
pengisi. Jaringan ini berperan penting dalam semua proses fisiologi
(metabolisme) pada tumbuhan. Contoh dari jaringan dasar ini yaitu jaringan
parenkim. Jaringan parenkim dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis jaringan
parenkim lain, misalnya pada buah dan umbi (Gambar 3.18) parenkim
berdiferensiasi menjadi parenkim cadangan makanan yang berfungsi
b. Jaringan Penyokong (Penguat)
Jaringan penyokong merupakan jaringan yang
berperan untuk menunjang bentuk tubuh tumbuhan. Berdasarkan bentuk dan sifatnya,
jaringan penyokong dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaringan kolenkim
dan jaringan sklerenkim. Jaringan kolenkim merupakan jaringan yang berfungsi
untuk menyokong bagian tumbuhan yang masih muda. Sel-sel jaringan kolenkim
memiliki dinding sel yang mengalami penebalan, namun tidak merata. Jaringan
sklerenkim merupakan jaringan penguat yang bersifat permanen. Jaringan
sklerenkim berfungsi untuk menyokong tubuh tumbuhan yang sudah tua.
Berdasarkan bentuk selnya, jaringan sklerenkim
dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan serat (fiber) dan jaringan sklereid.
Jaringan serat banyak ditemukan pada jaringan xilem. Jaringan sklereid ini
banyak ditemukan pada kulit kacang atau buah pir.
c. Jaringan Pengangkut (Vaskuler)
Jaringan pengangkut terdiri atas dua jenis, yaitu
xilem dan floem. Xilem berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat terlarut di
dalamnya dari akar menuju daun. Floem berfungsi untuk mengangkut makanan hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.
3. Struktur dan Fungsi Jaringan pada Akar
Fungsi akar antara lain untuk menambatkan tubuh
tumbuhan pada tanah, menyerap air dan mineral dalam tanah, dan pada beberapa
tumbuhan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
Jaringan meristem apikal sel-selnya terus
membelah membuat akar semakin panjang. Sedangkan tudung akar berfungsi untuk
melindungi sel-sel meristem tersebut saat membelah sehingga dapat menembus
tanah tanpa mengalami kerusakan dan akar dapat menambatkan tubuh tumbuhan
dengan kuat ke dalam tanah. Selain menambatkan tubuh tumbuhan ke tanah, akar
juga berfungsi untuk menyerap air dan mineral dari dalam tanah.
Akar tersusun atas epidermis, korteks, dan
silinder pusat. Epidermis merupakan bagian terluar akar. Sel-sel epidermis
memiliki dinding yang tipis, sehingga air dan mineral mudah masuk ke dalam
sel-sel epidermis yang kemudian diteruskan ke dalam korteks dan silinder pusat.
Pada bagian tertentu sel-sel epidermis juga mengalami modifikasi menjadi rambut
akar yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan air dan mineral. Bagian
yang lebih dalam dari epidermis yaitu korteks. Korteks ini tersusun atas
jaringan parenkim yang dinding selnya tipis dan tersusun renggang. Korteks ini
berfungsi untuk tempat penyimpanan cadangan makanan bagi tumbuhan.
Lapisan terdalam dari korteks disebut endodermis.
Lapisan endodermis tersusun atas satu lapis sel yang membatasi korteks dengan
silinder pusat. Pada endodermis terdapat bentukan seperti pita yang disebut pita Kaspari. Pita Kaspari berfungsi untuk mengatur jalannya mineral yang diserap oleh
akar agar menuju ke silinder pusat. Di sebelah dalam endodermis terdapat daerah
silinder pusat atau stele. Silinder pusat tersusun atas jaringan pengangkut dan
jaringan pendukung lainnya seperti perisikel dan parenkim empulur.
Sel-sel perisikel berfungsi untuk membentuk
cabang akar. Berkas pengangkut pada silinder pusat terdiri atas xilem yang
berfungsi mengangkut air dan mineral dari tanah menuju batang hingga ke daun
dan floem yang berfungsi mengangkut makanan hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tumbuhan.
4. Struktur dan Fungsi Jaringan pada Batang
Beberapa fungsi batang antara lain menyokong
bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, sebagai jalan pengangkutan
air dan mineral dari akar menuju daun dan jalan pengangkutan makanan dari daun
ke seluruh tubuh tumbuhan, serta pada beberapa tumbuhan, batang juga berfungsi sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan.
Bagian terluar batang yang masih muda tersusun
atas jaringan epidermis. Pada batang tumbuhan dikotil yang sudah dewasa,
epidermis akan rusak dan digantikan oleh periderm atau jaringan gabus. Pada bagian yang lebih dalam dari epidermis terdapat korteks, yang tersusun
atas jaringan parenkim.
Pada beberapa tumbuhan, seperti tebu, kentang,
dan rimpang kunyit, di daerah korteks inilah cadangan makanan disimpan. Berkas
pengangkut pada batang merupakan kelanjutan berkas pengangkut pada akar.
Melalui berkas pengangkut ini, air dan mineral yang diserap akar diteruskan oleh
berkas pengangkut pada batang untuk menuju daun.
Pada batang dikotil, berkas pengangkut tersusun
dalam lingkaran, sedangkan pada batang monokotil, berkas pengangkut tersebar.
Antara xilem dan floem pada berkas pengangkut tumbuhan dikotil terdapat kambium
vaskuler yang aktif membelah.
5. Struktur dan Fungsi Jaringan pada Daun
Daun memiliki beberapa fungsi, antara lain untuk
mengambil gas karbon dioksida (CO2) yang digunakan untuk fotosintesis, mengatur
penguapan air (transpirasi), dan pernapasan (respirasi) tumbuhan. Pada
permukaan atas dan bawah daun terdapat jaringan yang disebut epidermis.
Jaringan ini berfungsi melindungi jaringan di dalam daun. Pada beberapa
tumbuhan, daun juga dilapisi oleh lapisan lilin yang disebut kutikula yang
berfungsi untuk mengurangi penguapan. Sel-sel epidermis dapat mengalami
modifikasi menjadi stomata, sisik, dan rambut-rambut.
Stomata dapat membuka dan menutup, menyesuaikan
kondisi lingkungan. Saat siang hari stomata membuka, sehingga karbon dioksida
dapat masuk ke dalam daun untuk digunakan dalam fotosintesis. Tetapi tumbuhan yang
hidup di daerah kering, misalnya kaktus, stomata menutup saat siang hari. Hal
ini dilakukan agar tidak banyak air dalam tubuh yang hilang karena menguap
lewat stomata. Stomata baru membuka saat malam hari.
Di bawah lapisan epidermis atas terdapat jaringan
yang berbentuk silinder, tersusun padat menyerupai tiang, dan banyak mengandung
klorofil. Jaringan ini disebut jaringan palisade atau jaringan tiang. Di bawah
jaringan palisade terdapat jaringan bunga karang, tersusun dari sel-sel yang
bentuknya tidak teratur, tersusun longgar, dan juga mengandung klorofil. Kedua jaringan
ini merupakan jaringan mesofil. Jaringan
mesofil ini sebenarnya merupakan jaringan parenkim yang mengandung klorofil. Di
dalam jaringan mesofil inilah terjadi proses fotosintesis.
Pada tumbuhan monokotil, mesofil tidak
berdiferensiasi menjadi jaringan palisade dan jaringan bunga karang, tetapi
tersusun atas sel-sel parenkim yang mengandung klorofil yang memiliki ukuran
seragam. Di dalam daun juga terdapat jaringan xilem yang membawa air dan mineral
dari batang dan jaringan floem yang berfungsi membawa hasil fotosintesis dari
daun untuk disalurkan ke seluruh tubuh tumbuhan
(sumber : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017)
Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berperan
dalam menyediakan oksigen (O2), karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan
mineral bagi manusia serta berbagai jenis hewan yang ada di bumi. Oksigen
dibutuhkan oleh manusia dan hewan untuk proses pernapasan; karbohidrat dan
lemak sebagai sumber energi; protein sebagai zat pembangun tubuh; vitamin dan
mineral berfungsi membantu reaksi-reaksi dalam tubuh.
A. Struktur dan Fungsi Akar, Batang, Daun, dan Bunga
Organ merupakan kumpulan dari beberapa macam
jaringan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan untuk melakukan fungsi
tertentu. Tubuh tumbuhan berpembuluh tersusun atas beberapa organ dan organ
penyusun tumbuhan berpembuluh dapat dikelompokkan menjadi organ vegetatif dan
organ generatif.
Organ vegetatif merupakan organ tumbuhan yang
berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, terutama
berguna untuk penyerapan pengolahan, pengangkutan, dan penimbunan zat-zat
makanan. Organ vegetatif tumbuhan berpembuluh terdiri atas akar, batang, dan
daun.
Organ generatif merupakan organ tumbuhan yang
berfungsi dalam proses perkembangbiakan secara generatif atau seksual
(didahului oleh peristiwa perkawinan). Pada tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) organ generatif
terdiri atas bunga, buah, dan biji.
1. Struktur dan Fungsi Akar
Akar merupakan organ tumbuhan yang umumnya berada
di bawah permukaan tanah, tidak memiliki buku-buku, tumbuh ke pusat bumi atau
menuju air, warna tidak hijau (keputih-putihan atau kekuning-kuningan), dan
memiliki bentuk meruncing. Terdapat dua jenis sistem perakaran pada tumbuhan,
yaitu serabut dan tunggang. Tumbuhan monokotil seperti padi, jagung, dan rumput
memiliki sistem perakaran serabut. Sebaliknya pada tumbuhan dikotil seperti
kacang tanah dan mangga memiliki sistem perakaran tunggang.
2. Struktur dan Fungsi Batang
Pada umumnya tumbuhan memiliki batang yang
berdiri tegak di atas tanah serta mendukung cabang, daun, dan bunga. Batang
umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder, memiliki ruas-ruas
(internodus) yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku (nodus). Pada nodus
inilah tempat melekatnya daun dan tunas. Batang memiliki banyak fungsi antara
lain menyokong bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, dan sebagai
jalan pengangkutan air dan mineral dari akar menuju daun dan jalan pengangkutan
makanan dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan.
Pada beberapa tumbuhan, batang dapat mengalami
modifikasi dan berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan, misalnya
pada tumbuhan tebu dan kentang dan rimpang kunyit. Sebagai bukti bahwa rimpang
kunyit dan umbi kentang adalah batang.
3. Struktur dan Fungsi Daun
Daun merupakan organ tumbuhan yang menempel pada
batang, biasanya berbentuk tipis lebar dan banyak mengandung zat warna hijau
yang dinamakan klorofil. Daun memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai
alat untuk mengambil gas karbon dioksida (CO2) yang digunakan sebagai sumber
(bahan baku) dalam fotosintesis, mengatur penguapan air (transpirasi), dan
pernapasan (respirasi) tumbuhan.
Klick Gambar untuk Melihat Video Pembelajara |
Setiap tumbuhan memiliki bentuk, ukuran, dan
warna daun yang berbeda untuk mencirikan tumbuhan tersebut. Ada perbedaan
struktur luar daun monokotil dan daun dikotil. Daun monokotil memiliki
peruratan daun yang sejajar, sedangkan tumbuhan dikotil memiliki peruratan daun
menjala.
Pada proses fotosintesis dibutuhkan cahaya
sebagai sumber energi. Energi tersebut ditangkap oleh zat hijau daun yang
disebut klorofil. Gas karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) digunakan sebagai bahan
baku untuk menghasilkan glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2). Perhatikan reaksi
berikut!
Glukosa selanjutnya akan disusun menjadi zat
pati/amilum (C6H10O5)n melalui reaksi
polimerisasi. Amilum tersebut kemudian disimpan dalam akar (misalnya pada
singkong), batang (misalnya pada sagu), dan buah (misalnya pada padi).
4. Struktur dan Fungsi Bunga
Bunga merupakan alat reproduksi generatif pada
tumbuhan. Bunga biasanya memiliki warna yang menarik dan berfungsi untuk
menarik serangga atau hewan lain yang dapat membantu proses penyerbukan. Secara
umum, bunga tersusun atas dua bagian utama, yaitu perhiasan bunga dan alat
reproduksi bunga. Perhiasan bunga meliputi tangkai, kelopak (kaliks), dan
mahkota (korola). Sedangkan alat reproduksi berupa benang sari (alat kelamin
jantan) dan putik (alat kelamin betina). Bunga yang memiliki bagian-bagian
tersebut disebut bunga lengkap. Sedangkan bunga yang tidak memiliki salah
satunya disebut bunga tidak lengkap.
Tumbuhan monokotil dan dikotil dapat dibedakan
berdasarkan karakteristik bunga, yaitu jumlah bagian-bagian bunga. Tumbuhan
monokotil mempunyai bagian-bagian bunga seperti daun kelopak, daun mahkota, dan
benang sari yang berkelipatan 3 (tiga). Pada tumbuhan dikotil mempunyai
bagian-bagian bunga berkelipatan 4 (empat) atau 5 (lima).
5. Struktur dan Fungsi Buah dan Biji
Putik terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
dasar yang menggelembung disebut bakal buah (ovarium), bagian yang memanjang
disebut tangkai putik (stilus), dan kepala putik (stigma). Di dalam bakal buah
terdapat satu atau lebih bakal biji (ovul). Pada perkembangan selanjutnya,
bakal buah akan berkembang menjadi buah sedangkan bakal biji akan berkembang
menjadi biji.
(sumber : KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 2017)Sabtu, 18 April 2020
Proses pengeluaran
zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan tubuh disebut ekskresi.
Ekskresi diperlukan tubuh agar zat sisa tersebut tidak meracuni tubuh karena
dapat merusak berbagai organ dalam tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sistem ekskresi pada manusia melibatkan beberapa organ ekskresi yaitu;
Ø
Ginjal
Ø
Kulit
Ø
Paru-paru
Ø
Hati.
1.
Ginjal
Ginjal berfungsi
untuk menyaring darah yang mengandung zat sisa metabolisme dari sel di seluruh
tubuh. Darah akan masuk ke dalam ginjal melalui
pembuluh arteri besar dan akan keluar dari ginjal melalui pembuluh vena besar.
Ginjal
terdiri dari tiga lapisan:
Ø
Bagian luar disebut korteks renalis
atau kulit ginjal
Ø
Di bawahnya terdapat medula renalis
Ø
Di bagian dalam
terdapat rongga yang disebut rongga ginjal atau pelvis renalis
Korteks renalis (kulit ginjal) tersusun atas
lebih kurang 1 juta alat penyaring yang disebut dengan nefron. Nefron merupakan unit penyusun utama
ginjal yang berperan dalam proses penyaringan darah. Sebuah nefron terdiri atas
sebuah komponen penyaring atau badan Malpighi yang dilanjutkan oleh
saluran-saluran (tubulus). Setiap badanMalpighi mengandung gulungan kapiler
darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Pada bagian inilah proses penyaringan darah dimulai.
Medula
renalis (bagian tengah ginjal) tersusun atas saluran saluran yang merupakan kelanjutan dari badan
Malpighi dan saluran yang ada di bagian korteks renalis. Saluran-saluran itu
adalah tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, dan tubulus
kolektivus (pengumpul) yang terdapat pada medula. Lengkung Henle adalah saluran ginjal yang
melengkung pada daerah medula yang menghubungkan tubulus proksimal dengan
tubulus distal.
Pelvis
renalis atau rongga ginjal berfungsi sebagai penampung urine sementara sebelum dikeluarkan melalui
ureter.
- Proses pembentukan urine di dalam ginjal melalui tiga tahapan;
- 1)
filtrasi
- 2)
reabsorpsi
- 3) augmentasi.
a. Tahap Filtrasi
Klick Gambar untuk Melihat Video Pembelajaran |
Pembentukan
urine dimulai dari darah mengalir melalui arteri aferen ginjal masuk ke dalam glomerulus yang tersusun atas kapiler-kapiler darah. Ketika darah
masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga mendorong air dan
zat-zat yang memiliki ukuran kecil keluar melalui pori-pori kapiler, dan
menghasilkan filtrat, tersusun atas urobilin, urea, glukosa, air, asam amino, dan
ion-ion seperti natrium, kalium, kalsium, dan klor. Filtrat selanjutnya
disimpan sementara di dalam kapsula Bowman (Gambar 9.5). Darah dan protein
tetap tinggal di dalam kapiler darah karena tidak dapat menembus pori-pori
glomerulus. Filtrat yang tertampung di kapsula
Bowman disebut urine primer. Tahapan pembentukan urine primer ini
disebut tahap filtrasi.
b.
Tahap
Reabsorpsi
Urine
primer yang terbentuk pada tahap filtrasi masuk ke tubulus proksimal. Di dalam tubulus proksimal terjadi
proses penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh yang disebut
dengan tahap reabsorpsi. Glukosa, asam amino, ion kalium, dan zat-zat
yang masih diperlukan oleh tubuh juga diangkut ke dalam sel dan kemudian ke
dalam kapiler darah di dalam ginjal. Sedangkan urea hanya sedikit yang diserap
kembali (Gambar 9.6).
Cairan
yang dihasilkan dari proses reabsorpsi disebut urine sekunder. Urine sekunder mengandung air, garam, urea, dan urobilin. Urobilin
inilah yang memberikan warna kuning pada urine, sedangkan urea yang menimbulkan
bau pada urine. Urine sekunder yang terbentuk dari proses reabsorpsi
selanjutnya mengalir ke lengkung Henle kemudian menuju tubulus distal. Selama
mengalir dalam lengkung Henle air dalam urine sekunder juga terus direabsorpsi.
c.
Tahap
Augmentasi
Setelah
melalui lengkung Henle, urine sekunder sampai pada tubulus distal. Pada bagian
tubulus distal masih ada proses penyerapan air, ion natrium, klor, dan urea. Pada tubulus distal terjadi proses augmentasi, yaitu pengeluaran
zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ke dalam urine sekunder. Urine sekunder yang telah bercampur dengan zat-zat sisa
yang tidak diperlukan tubuh inilah yang merupakan urine sesungguhnya. Urine tersebut kemudian disalurkan ke pelvis renalis
(rongga ginjal). Urine yang terbentuk selanjutnya keluar dari ginjal melalui
ureter, kemudian menuju kandung kemih yang merupakan tempat menyimpan urine
sementara (Gambar 9.7). Kandung kemih memiliki dinding yang elastis. Kandung
kemih mampu meregang untuk dapat menampung sekitar 0,5 L urine.
Proses
pengeluaran urine dari dalam kandung kemih disebabkan oleh adanya
tekanan di dalam kandung kemih. Tekanan pada kandung kemih disebabkan oleh
adanya sinyal yang menunjukkan bahwa kandung kemih sudah penuh. Sinyal penuhnya
kandung kemih memicu adanya kontraksi otot perut dan otot-otot kandung kemih.
Akibat kontraksi ini urine dapat keluar dari tubuh melalui uretra.
1.
Kulit
Klick Gambar untuk melihat Video Pembelajaran |
Kulit terdiri atas
dua lapisan utama yaitu 1) lapisan epidermis
(kulit ari) dan 2)lapisan dermis (kulit jangat).
a.
Lapisan
Epidermis (Kulit Ari)
Epidermis
merupakan lapisan kulit paling luar yang tersusun atas sel-sel epitel yang
mengalami keratinisasi. Pada lapisan epidermis tidak terdapat
pembuluh darah maupun serabut saraf. Pada
lapisan epidermis, masih terdapat beberapa lapisan kulit, antara lain stratum
korneum yang merupakan lapisan kulit mati dan selalu mengelupas dan lapisan
stratum granulosum yang mengandung pigmen melanin. Di bawah stratum granulosum
terdapat lapisan stratum germinativum yang terus menerus membentuk sel-sel baru
ke arah luar menggantikan sel-sel kulit yang terkelupas.
b.
Lapisan
Dermis (Kulit Jangat)
Lapisan
dermis terdapat dibawah lapisan epidermis. Pada
lapisan dermis terdapat otot penggerak rambut, pembuluh darah, pembuluh limfa,
saraf, kelenjar minyak (glandula
sebasea), dan kelenjar keringat (glandula sudorifera). Pangkal kelenjar keringat menggulung dan berhubungan
dengan kapiler darah dan serabut saraf. Serabut saraf akan meningkatkan kerja
kelenjar keringat, sehingga merangsang produksi keringat. Kelenjar keringat
akan menyerap air, ion-ion, NaCl, dan urea dari dalam darah yang kemudian
dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Di bawah lapisan dermis, terdapat lapisan hipodermis atau
lapisan subkutan. Lapisan hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit,
namun merupakan kumpulan jaringan ikat yang berfungsi melekatkan kulit pada
otot. Lapisan hipodermis banyak tersusun atas jaringan lemak sehingga juga
berfungsi menjaga suhu tubuh.
2.
3. Paru-Paru
Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, paru-paru juga
berfungsi sebagai alat ekskresi. Oksigen yang
memasuki alveolus akan berdifusi dengan cepat memasuki kapiler darah yang
mengelilingi alveolus, sedangkan karbon dioksida akan berdifusi dengan arah
yang sebaliknya. Darah pada alveolus akan mengikat oksigen dan mengangkutnya ke
jaringan tubuh. Di dalam pembuluh kapiler jaringan
tubuh, darah mengikat karbon dioksida (CO2) untuk dikeluarkan bersama uap air. Reaksi kimia tersebut secara ringkas dapat kita tuliskan sebagai
berikut.
3.
Hati
Selain
berperan dalam sistem pencernaan, hati juga berperan dalam sistem ekskresi,
yaitu mengekskresikan zat warna empedu yang
disebut dengan bilirubin. Bilirubin dihasilkan dari pemecahan
hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah. Sel darah merah hanya memiliki
rentang waktu hidup antara 100 - 120 hari karena sel darah merah tidak memiliki
inti sel dan membran selnya selalu bergesekan dengan pembuluh kapiler darah.
Karena tidak memiliki inti sel, sel darah merah tidak dapat membentuk komponen
baru untuk menggantikan komponen sel yang rusak.
Sel darah merah
yang rusak akan dihancurkan oleh makrofag di dalam hati dan limpa. Hemoglobin
yang terkandung dalam sel darah merah dipecah menjadi zat besi, globin, dan
hemin. Zat besi selanjutnya dibawa menuju sumsum merah tulang untuk digunakan
membentuk hemoglobin baru. Globin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan
dalam pembentukan`protein lain. Sedangkan hemin diubah menjadi zat warna hijau
yang disebut biliverdin. Biliverdin kemudian diubah menjadi bilirubin yang
merupakan zat warna kuning oranye. Bilirubin selanjutnya dikeluarkan bersama
getah empedu. Getah empedu dikeluarkan ke usus dua belas jari, kemudian menuju
usus besar. Di dalam usus besar bilirubin diubah menjadi urobilinogen.
Urobilinogen diubah menjadi urobilin sebagai pewarna kuning pada urine dan
sterkobilin sebagai pigmen cokelat pada feses. Perhatikan Gambar 9.13!
Organ hati juga
berfungsi mengubah amonia (NH3) yang berbahaya jika berada dalam
tubuh, menjadi zat yang lebih aman, yaitu urea. Amonia
tersebut dihasilkan dari proses metabolisme asam amino. Urea dari dalam hati
akan dikeluarkan dan diangkut oleh darah menuju ginjal untuk dikeluarkan
bersama urine.
Gangguan pada Sistem Ekskresi Manusia
dan Upaya untuk Mencegah atau Menanggulanginya
1.
Nefritis
Nefritis adalah
penyakit rusaknya nefron, terutama pada
bagian-bagian glomerulus ginjal. Nefritis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus. Nefritis
mengakibatkan masuknya kembali asam urat dan urea ke pembuluh darah (uremia)
serta adanya penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air yang terganggu
(edema). Upaya penanganan nefritis adalah dengan proses cuci darah atau pencangkokan ginjal. Perhatikan Gambar 9.15!
2.
Batu Ginjal
Batu
ginjal adalah gangguan yang terjadi akibat terbentuknya endapan garam kalsium di dalam rongga ginjal (pelvis renalis), saluran ginjal, atau kandung kemih.
Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium
fosfat. Endapan ini terbentuk jika seseorang terlalu
banyak mengonsumsi garam mineral dan kekurangan minum air serta sering menahan
kencing. Upaya mencegah terbentuknya batu
ginjal adalah dengan meminum cukup air putih setiap hari, membatasi konsumsi garam karena kandungan natrium yang
tinggi pada garam dapat memicu terbentuknya batu ginjal, serta tidak sering
menahaan kencing.
3.
Albuminuria
Albuminuria
merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya kerusakan
pada glomerulus yang berperan dalam proses filtrasi,
sehingga pada urine ditemukan adanya protein. Albuminuria dapat terjadi akibat kurangnya asupan air ke
dalam tubuh sehingga memperberat kerja ginjal, mengonsumsi terlalu banyak
protein, kalsium, dan vitamin C dapat membuat glomerulus harus bekerja lebih
keras sehingga meningkatkan risiko kerusakannya. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah albuminuria adalah dengan mengatur jumlah
garam dan protein yang dikonsumsi, serta pola hidup sehat untuk mengatur
keseimbangan gizi.
4.
Hematuria
Hematuria
merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
selsel darah merah pada urine. Hal ini disebabkan
penyakit pada saluran kemih akibat gesekan dengan batu ginjal. Hematuria juga
dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. Upaya pencegahan hematuria dapat dilakukan dengan segera
buang air kecil ketika ingin buang air kecil, membersihkan tempat keluarnya
urine dari arah depan ke belakang untuk menghindari masuknya bakteri dari
dubur, serta banyak minum air putih.
5.
Diabetes
Insipidus
Penyakit
ini disebabkan karena seseorang kekurangan
hormon ADH atau hormon antidiuretik.
Kondisi tersebut menyebabkan tubuh tidak dapat menyerap air yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga penderita akan sering buang air kecil secara terus menerus. Upaya penanganan penderita diabetes insipidus adalah dengan
memberikan suntikan hormon antidiuretik
sehingga dapat mempertahankan pengeluaran urine secara normal.
6.
Kanker
Ginjal
Merupakan
penyakit yang timbul akibat pertumbuhan sel pada ginjal yang
tidak terkontrol di sepanjang tubulus dalam
ginjal. Hal ini dapat menyebabkan adanya darah pada urine, kerusakan ginjal,
dan juga dapat memengaruhi kerja organ lainnya jika kanker ini menyebar,
sehingga dapat menyebabkan kematian. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari penggunaan bahan-bahan
kimia yang memicu kanker.
7.
Jerawat
Jerawat
atau acne vulgaris (Gambar 9.17) merupakan suatu kondisi kulit yang ditandai
dengan terjadinya penyumbatan dan peradangan pada
kelenjar sebasea (kelenjar minyak).
Jerawat dapat timbul karena kurangnya menjaga kebersihan kulit sehingga
berpotensi terjadi penumpukan kotoran dan kulit mati. Faktor hormonal yang merangsang kelenjar minyak pada
kulit, penggunaan kosmetik yang berlebihan dan mengandung minyak dapat
berpotensi menyumbat pori-pori. Konsumsi makanan berlemak secara berlebihan
juga dapat menimbulkan jerawat. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan membersihkan wajah secara rutin,
menghindari makanan berlemak, dan lebih banyak mengonsumsi buah-buahan, serta
menjaga aktivitas tubuh.
8.
Biang
Keringat
Biang
keringat terjadi karena kelenjar keringat tersumbat oleh selsel
kulit mati yang tidak dapat terbuang secara
sempurna. Sel-sel kulit mati, debu, dan kosmetik juga dapat menyebabkan
terjadinya biang keringat. Orang yang tinggal di daerah tropis dan lembap, akan
lebih mudah terkena biang keringat. Upaya pencegahan yang dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan
kulit, menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan longgar, atau
apabila kulit berkeringat segera keringkan dengan tisu atau handuk.
.
Langganan:
Postingan (Atom)